Skip to main content

Posts

Showing posts from 2015

Muslim (Berjilbab)

Mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi saya kalau mau menulis itu harus dipicu oleh sesuatu yang aneh dan menggelitik sehingga mampu membangkitkan diri saya dari rasa malas yang terkutuk dan menghambat produktivitas seorang penulis kacangan seperti saya ini. Jika engkau bertanya-tanya hal ajaib macam apa yang mampu membuat saya tergerak untuk menulis entri baru di blog ini, maka inilah jawaban yang nyata bagiku dan bagi kalian semua, wahai para kawanku pembaca yang kurang kerjaan karena masih sempat-sempatnya mampir di blog amatir ini.

Promosi Kumpulan Cerpen "Sang Penulis"

Jadi gini guys (Untuk sementara, ganti gaya bahasa nih sob). Beberapa hari yang lalu, gue dapet pengumuman dari LPM Mercusuar Unair kalo cerpen gue tembus dan dapet juara 2 di Lomba Cipta Cerpen LPM Mercusuar Unair. Respon gue sih seneng banget. Gak nyangka kalo cerpen gue bisa tembus, padahal gue gak ngarep apa-apa. Pokoknya bikin cerpen, dan kirim. Gak ada harapan lebih dari itu. Gue mah bersyukur banget setelah dapet berita baik macem ini. Daftar cerpen-cerpen yang tembus nih:

Padam

Padam Kini aku terduduk dengan tangan terikat di belakang. Aku berada di dalam ruang tamu rumahku, di kelilingi oleh orang-orang berpakaian hitam-hitam dan bertopeng macam rampok. Satu orang berdiri dihadapanku, membawa senapan serbu. Sedang tiga orang lainnya berdiri mengelilingi aku yang terduduk lemas dan pusing akibat serangan popor senjata yang sempat mendarat di dahiku sesaat sebelum akhirnya aku berada di posisi seperti sekarang ini.             “Hei Lesmana! Kamu kan yang menulis berita-berita fitnah itu?” sahut orang yang memegang senapan.             “Fitnah? Yang kutulis itu justru sebuah kenyataan.”             “Mengelak saja terus! Toh sebentar lagi kau akan bernasib sama seperti ibumu!” “Kutebak kalian dari Macan Hitam ya? Bagiku malah terlihat seperti gerombolan anjing galak pemerintah. Tapi tak kusangka kalian sebaik ini, sampai mau mempertemukan aku dengan ibuku.”             “Diam! Kamu dan kawan-kawanmu itu sudah sepantasnya dibungkam! Berani-beraninya

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Siang Hari di Sebuah Bangku Kantin

Siang setelah waktu salat Jumat, aku bertemu dengan seorang wanita di kantin fakultas tetangga. Ia duduk bersama kawan-kawannya yang lain di meja tepat di depan aku duduk dan menyantap makanan pada saat itu. Kecurigaan awal muncul ketika beberapa kawannya yang wanita, termasuk ia, melirik ke arah belakang. Aku merasa mungkin mereka melirikku, atau orang lain di belakangku. Aku tak mengacuhkan hal itu pada awalnya. Namun kecurigaan bertambah ketika aku pergi memesan minum tak jauh dari tempatku duduk. Wanita itu juga beranjak dari tempat duduknya untuk memesan sebuah makanan, yang jaraknya tak jauh dari tempatku memesan minum. Ketika tak sengaja melihat kearahnya, terlihat beberapa detik kemudian pandangannya tertuju padaku. Agar tak terlihat sebagai seorang penguntit, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain untuk beberapa saat. Detik berikutnya, rasa penasaran muncul dan kulihat kembali dirinya. Ia masih menatapku. Aneh. Tidak biasanya seorang wanita yang tak kukenal melihatku

Coretan Awal Tahun Hijriyah 1437

Ini lagi... Akhir-akhir ini jagad Indonesia (baik nyata maupun maya) lagi rame gara-gara program Kemhan. Kalo pernyataan resminya sih Program Bela Negara. Kalo dilihat dari kulit kacang sih semacam pelajaran PKn tapi pake baris-berbaris. Tapi malah ada yang melintir (atau bahkan ngarep?) kalo program ini adalah program wajib militer. Disinilah mulai rame. Ada yang ngomong kalo program ini gak guna, ada yang bilang kalo ini program buang-buang duit rakyat, ada yang bilang kalo ini kesempatan bagus karena bisa maen tentara-tentaraan atau gagah-gagahan, dan macem-macem deh alasannya. Tapi satu hal yang pasti, ada satu persamaan antara pihak yang pro dengan yang kontra. Giliran ngomong (entah itu soal KEBEBASAN maupun KEDISIPLINAN) memang paling banter. Tapi giliran implementasi malah "under-delivered". Mau contoh? Gak usah jauh-jauh deh. Lihat aja di tempat-tempat umum terdekat. Mau itu area kampus kek, taman kek, tempat makan kek, atau minimarket mah terserah. Kalian bakal me

The Farmboy and his Moonlight

Here is the journal entry of Sir Roddwick Sonnkarst, member of the Order of Crimson Halfwing, on 16th Seftambria 215. "Your presence is no longer important for Her Excellency, Sir Knight. Or perhaps you were knighted for nothing to begin with." "Your light is dim, Sir Knight. You will not stand a chance against me, Her most favored knight!" "I believe that your knighthood is invalid. How could she choose you as Her Knight?" "You farmboy are not supposed to be here. Go back to your farmhouse, you useless knight!" "Your service here is futile that she won't even care if you sacrifice your own life for her."

Ketika Angin Berulah di Kota Angin

Semesta sepertinya tahu, soal aku yang dibuai dalam desahan angin, soal angin yang selalu membuatku merasa hidup, serta angin yang menyatu dalam kalbuku Dan mungkin sang semesta, yang tahu akan betapa dekatnya aku dengan sang angin, yang tahu sekian banyaknya perasaanku yang tersentuh angin, cinta, benci, rindu, dendam. Ialah sang Angin yang menguatkan, sekaligus titik lemahku.

Liburan Kok Begini Sih?

Salam bagi pembaca, jika memang ada yang benar-benar membaca tulisan ini. Pada saat itu jam menunjukkan pukul 00.15 WIB ketika saya memutuskan untuk pergi menuju warung nasi goreng. Alasannya jelas, makan nasi goreng disertai ngopi plus baca koran. Selama hampir satu setengah jam, saya berusaha mencoba menikmati nasi goreng disertai sakit kepala dan bayang-bayang sang gebetan yang menari-nari didalam pikiran. Bukan, bukan ini yang menjadi inti tulisan saya kali ini. Ide tulisan baru muncul ketika saya membuka lembaran koran Jawa Pos edisi 16 Mei 2015 , tepatnya di rubrik olahraga. Tapi jangan salah mengira, yang akan saya tulis disini bukan soal olahraga. Melainkan soal kolom travelling yang menggelitik dan membuat saya gatal untuk menulis di blog ini. Cara yang cukup efektif untuk memecah hiatus  setelah sekian lama saya tidak meng- update blog saya yang satu ini.

Farewell February, March Forward!

Februari Merupakan bulan kedua dalam penanggalan Masehi. Ah, buat apa aku tulis sebuah pembukaan yang membosankan? Aku tak pandai dalam membuat pembukaan yang nyaman dibaca. Jadi lebih baik aku langsung saja bercerita disini. Di bulan ini, banyak peristiwa dan pelajaran yang sangat menarik bagiku sampai-sampai akupun tergerak untuk menulis di blog ini lagi, setelah sekian lama aku tak pernah mengunjungi blogku sendiri. Aku tidak tahu apakah ada orang yang tahu dan mau membaca entri blogku, yang hingga tulisan ini aku kerjakan, masih berjumlah dua. Namun aku akan tetap menceritakan apa saja peristiwa dan pelajaran yang kudapatkan secara special di bulan ini. Dengan diiringi lagu-lagu Bossa Nova yang baru-baru ini aku unduh, ijinkan aku menuliskan segala apa yang telah kulalui dan kualami.