Skip to main content

Coretan Awal Tahun Hijriyah 1437

Ini lagi...
Akhir-akhir ini jagad Indonesia (baik nyata maupun maya) lagi rame gara-gara program Kemhan. Kalo pernyataan resminya sih Program Bela Negara. Kalo dilihat dari kulit kacang sih semacam pelajaran PKn tapi pake baris-berbaris. Tapi malah ada yang melintir (atau bahkan ngarep?) kalo program ini adalah program wajib militer. Disinilah mulai rame. Ada yang ngomong kalo program ini gak guna, ada yang bilang kalo ini program buang-buang duit rakyat, ada yang bilang kalo ini kesempatan bagus karena bisa maen tentara-tentaraan atau gagah-gagahan, dan macem-macem deh alasannya. Tapi satu hal yang pasti, ada satu persamaan antara pihak yang pro dengan yang kontra. Giliran ngomong (entah itu soal KEBEBASAN maupun KEDISIPLINAN) memang paling banter. Tapi giliran implementasi malah "under-delivered". Mau contoh? Gak usah jauh-jauh deh. Lihat aja di tempat-tempat umum terdekat. Mau itu area kampus kek, taman kek, tempat makan kek, atau minimarket mah terserah. Kalian bakal menemukan satu hal yang sama di tempat-tempat yang saya sebut barusan. SAMPAH-SAMPAH BERSERAKAN, BUNG! Dan seringkali sampah-sampah tersebut pada mangkal di dekat tempat sampah yang tersedia. Ironis gak sih? Kalo soal penyebab, saya sih gak berani memastikan. Bisa saja itu karena kurangnya KEDISIPLINAN orang-orang dalam membuang sampah sembarangan. Atau justru inilah bukti KEBEBASAN orang-orang dalam mengurusi sampah mereka sendiri. Suka-suka mereka mau buang di mana saja. Ah, entahlah...


Saya paham kalo tulisan saya ini bakalan susah dicari hubungannya (Bela Negara dengan Buang Sampah hubungane opo?). Tapi jika kita suatu saat ditanyai oleh orang "bangsa macam apa yang masih gak bisa buang sampah?" dan jawabannya ternyata yo bangsamu dewe, apa gak malu dirimu?

Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1437. Semoga kita diberi kesempatan, kemauan, dan kemampuan untuk berhijrah menuju kebiasaan yang lebih baik dan bermanfaat.

Comments

Popular posts from this blog

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Kalkun, Unggas dengan Identitas yang Tidak Jelas

Ilustrasi Kalkun (Credit: Angeline) Kalkun bukanlah hewan yang populer di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, unggas tersebut kalah pamor dengan ayam yang notabene masih satu ordo Galliformes. Akui sajalah, kalian yang di Indonesia pasti lebih sering melihat ayam daripada kalkun, baik ternak maupun yang berkeliaran. Memang masih jarang ada peternak kalkun di Indonesia. Selain itu, ayam telah berhasil lebih dulu menguasai Indonesia dari segi budaya kulinernya. Tiap Lebaran, hidangan opor ayam jauh lebih umum jika dibandingkan dengan olahan daging kalkun. Bahkan, Natalan di Indonesia pun belum tentu dirayakan dengan makan kalkun ramai-ramai. Tidak seperti Amerika Serikat yang setiap tahun rutin merayakan Thanksgiving dan Natal dengan menyantap kalkun yang gemuk, bukan ayam kampung yang hingga kini menempati kasta tertinggi kualitas daging ayam di Indonesia. Karena tingkat popularitasnya yang kurang di mata khalayak Indonesia, mungkin hanya segelintir orang yang semp

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).