Februari
Merupakan
bulan kedua dalam penanggalan Masehi. Ah, buat apa aku tulis sebuah pembukaan
yang membosankan? Aku tak pandai dalam membuat pembukaan yang nyaman dibaca. Jadi
lebih baik aku langsung saja bercerita disini.
Di bulan ini, banyak peristiwa dan pelajaran yang sangat menarik bagiku
sampai-sampai akupun tergerak untuk menulis di blog ini lagi, setelah sekian
lama aku tak pernah mengunjungi blogku sendiri. Aku tidak tahu apakah ada orang
yang tahu dan mau membaca entri blogku, yang hingga tulisan ini aku kerjakan,
masih berjumlah dua. Namun aku akan tetap menceritakan apa saja peristiwa dan
pelajaran yang kudapatkan secara special di bulan ini. Dengan diiringi
lagu-lagu Bossa Nova yang baru-baru
ini aku unduh, ijinkan aku menuliskan segala apa yang telah kulalui dan
kualami.
Honeypotted
Me
Dalam Februari, sempat aku berkontemplasi, mengawasi apa saja yang berlalu,
sedang berlalu, telah berlalu. Gadis manis yang selama satu semester sempat
memberi madu pada alur kehidupanku pada akhirnya menjauh. Membawaku kepada
sebuah kebimbangan rancu. Dia menjauh ketika dalam waktu yang sama juga
mengucapkan bahwa dia masih menyimpan perasaan itu, rasa yang memberikan kami
madu, manis, namun berujung perih, setidaknya bagiku.
Namun itulah yang dikatakannya pada waktu itu. Tak tahu lagi apa yang ia
rasakan saat ini. Terlebih ketika aku bertemu langsung padanya di awal semester
genap ini, aku hanya mencuri pandang, entah dia, tak kurang, tak pernah lebih.
Madu telah kehilangan lebah.
Dia yang datang padaku, namun dia juga yang pergi padaku. Lebah tak sekejam
itu. You’ve honeypotted me. . .
14 Februari
Banyak muda-mudi tukang hura tukang hedon tukang ikut yang suka cita merayakan
Hari Valentine. Jujur saja aku tak pernah paham akan esensi dari perayaan ini.
Hari kasih sayang? Kenapa sebuah kasih sayang diistimewakan pada satu hari? Bagaimana
dengan kasih sayang di hari lain? Apakah tidak special? Lantas kau anggap orang
yang kau sayang itu istimewa hanya pada kesempatan tertentu? Maafkan
perkataanku yang sempit ini. Mungkin aku masih terpengaruh akan madu-madu
lampau itu. Kenangan katanya.
Namun pada hari itu, aku tak menghambur cokelat kasih sayang, menghamba kasih
sayang cokelat. Aku hanya mengheningkan cipta. Mengenang para pemberontak PETA.
Memberontak mereka yang memperbudak. Mereka yang memberontak ingin bebas, orang
lain bebas, kita bebas, anak cucu bebas. Meskipun pada akhirnya, mereka yang
bebas pun masih menghadapi apa itu sakit, perih, pedih, letih, mati.
Aku cinta kebebasan. Karena bebas, akupun cinta cokelat.
17 Februari
Ulang
tahunku! Selamat ulang tahun! Semoga panjang umur!
Namun kenyataannya, umurku berkurang satu tahun.
Kau tahu apa
alarm pertama di hari ulang tahunku?
Teman dekatku kirim pesan padaku, dia putus, tiada lagi madu diantara mereka.
Sama seperti
aku. BAH!
Namun
setidaknya aku dapat kue ultah. Pertama kali dalam hidupku, ulang tahun dengan
kue!
Macaron nama kuenya.
Aku senang, rasanya manis.
Lebah juga menyampaikan ucapan selamat.
Namun dia membawa maaf, tidak ada madu, manispun tidak.
March Forward!
Aku masih ingat, ketika masih menjadi murid SMP, ayahku pernah melontarkan
candaan getir. Dua kata, namun tetap getir.
Maret Seret.
Karena pada
saat itu, aliran uang keluarga kami lagi seret, rasanya mampet.
Namun bukan dua kata ini yang ingin aku pegang untuk bulan ini.
Sudah banyak masalah dan ujian yang aku dapat saat ini.
Bukan berarti aku harus selalu meratap.
Tak peduli seberapa banyak luka,
seberapa perih,
seberapa berat,
Aku harus
tetap berjalan. Tetap hidup.
Ini adalah cara untuk diriku lebih kuat dari kemarin.
Biarlah lebah tak lagi membawa madu,
Aku harus
tetap tersenyum, seolah rasa manis itu tetap ada.
MARCH FORWARD!
Comments
Post a Comment