Skip to main content

Sepotong Malam

Sepotong malam itu
Kuserahkan hanya padamu
Yang terdiam bagai batu
Tetap menanti tak jemu-jemu
Akan sebuah takdir yang tak kunjung berlalu

Secangkir kopi hitam
Telah disuguhkan padamu
Untuk kau teguk dalam-dalam
Resapi rasa ratapi luka
Mengapa takdir masihlah kelam

Selembar berita derita
Yang kautunjukkan padaku
Menampar dengan bait cerita
Rupanya engkau dirundung duka
Karena anak menyeberang barzah

Sepatah-dua patah kata
Kini kau ucapkan
Kautenggak itu kopi hitam
Kaurapal itu petaka malam
Merangkai kata, menyulam duka

Anakku sayang telah meninggal
Pewaris hidupku, sang putra tunggal
Kini ia bertahta di nirwana
Bergelar suci bertapak bersih
Sedang ayahnya, terbelenggu fana
Kepada Tuhan masih memelas asih

Ia yang hidupnya selalu kuperjuangkan
Kemudian dengan hidupnya ia berjuang
Melawan sakit nan amat sulit
Butuh pengobat penawar lara
Yang harus ditebus harta sepenuh nyawa

Namun apa kata pencabut nyawa?
Sekeras apapun aku membanting tulang
Sebanyak apapun kusetor uang
Sepenuh apapun air mata terlinang
Ketika Tuhan memanggil, pastilah ia datang

Setetes air mata
Mengalir satu demi satu
Mengguratkan duka dan nestapa
Akan rasa bersalah serupa hantu
Meneror jiwa sepanjang masa
Melewati sepotong malam itu

Surabaya, 10 Februari 2016, 05:17.

Comments

Popular posts from this blog

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Kalkun, Unggas dengan Identitas yang Tidak Jelas

Ilustrasi Kalkun (Credit: Angeline) Kalkun bukanlah hewan yang populer di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, unggas tersebut kalah pamor dengan ayam yang notabene masih satu ordo Galliformes. Akui sajalah, kalian yang di Indonesia pasti lebih sering melihat ayam daripada kalkun, baik ternak maupun yang berkeliaran. Memang masih jarang ada peternak kalkun di Indonesia. Selain itu, ayam telah berhasil lebih dulu menguasai Indonesia dari segi budaya kulinernya. Tiap Lebaran, hidangan opor ayam jauh lebih umum jika dibandingkan dengan olahan daging kalkun. Bahkan, Natalan di Indonesia pun belum tentu dirayakan dengan makan kalkun ramai-ramai. Tidak seperti Amerika Serikat yang setiap tahun rutin merayakan Thanksgiving dan Natal dengan menyantap kalkun yang gemuk, bukan ayam kampung yang hingga kini menempati kasta tertinggi kualitas daging ayam di Indonesia. Karena tingkat popularitasnya yang kurang di mata khalayak Indonesia, mungkin hanya segelintir orang yang semp

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).