Sepotong malam itu
Kuserahkan hanya padamu
Yang terdiam bagai batu
Tetap menanti tak jemu-jemu
Akan sebuah takdir yang tak kunjung berlalu
Secangkir kopi hitam
Telah disuguhkan padamu
Untuk kau teguk dalam-dalam
Resapi rasa ratapi luka
Mengapa takdir masihlah kelam
Selembar berita derita
Yang kautunjukkan padaku
Menampar dengan bait cerita
Rupanya engkau dirundung duka
Karena anak menyeberang barzah
Sepatah-dua patah kata
Kini kau ucapkan
Kautenggak itu kopi hitam
Kaurapal itu petaka malam
Merangkai kata, menyulam duka
Anakku sayang telah meninggal
Pewaris hidupku, sang putra tunggal
Kini ia bertahta di nirwana
Bergelar suci bertapak bersih
Sedang ayahnya, terbelenggu fana
Kepada Tuhan masih memelas asih
Ia yang hidupnya selalu kuperjuangkan
Kemudian dengan hidupnya ia berjuang
Melawan sakit nan amat sulit
Butuh pengobat penawar lara
Yang harus ditebus harta sepenuh nyawa
Namun apa kata pencabut nyawa?
Sekeras apapun aku membanting tulang
Sebanyak apapun kusetor uang
Sepenuh apapun air mata terlinang
Ketika Tuhan memanggil, pastilah ia datang
Setetes air mata
Mengalir satu demi satu
Mengguratkan duka dan nestapa
Akan rasa bersalah serupa hantu
Meneror jiwa sepanjang masa
Melewati sepotong malam itu
Surabaya, 10 Februari 2016, 05:17.
Comments
Post a Comment