Skip to main content

Kalkun, Unggas dengan Identitas yang Tidak Jelas


Ilustrasi Kalkun (Credit: Angeline)

Kalkun bukanlah hewan yang populer di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, unggas tersebut kalah pamor dengan ayam yang notabene masih satu ordo Galliformes. Akui sajalah, kalian yang di Indonesia pasti lebih sering melihat ayam daripada kalkun, baik ternak maupun yang berkeliaran. Memang masih jarang ada peternak kalkun di Indonesia. Selain itu, ayam telah berhasil lebih dulu menguasai Indonesia dari segi budaya kulinernya. Tiap Lebaran, hidangan opor ayam jauh lebih umum jika dibandingkan dengan olahan daging kalkun. Bahkan, Natalan di Indonesia pun belum tentu dirayakan dengan makan kalkun ramai-ramai. Tidak seperti Amerika Serikat yang setiap tahun rutin merayakan Thanksgiving dan Natal dengan menyantap kalkun yang gemuk, bukan ayam kampung yang hingga kini menempati kasta tertinggi kualitas daging ayam di Indonesia.

Karena tingkat popularitasnya yang kurang di mata khalayak Indonesia, mungkin hanya segelintir orang yang sempat/berniat untuk menulis tentang hewan unggas yang gemuk ini. Awalnya, saya mengira hanya wartawan majalah ternak atau pengurus situs ensiklopedia daring yang punya motif yang jelas untuk menulis artikel tentang kalkun. Namun, pengalaman bersama internet pada suatu malam membuat saya harus meralat asumsi tersebut. Nampaknya, kini saya pun merasa tergerak untuk menuliskan sesuatu untuk unggas yang biasa dihidangkan di restoran atau hotel-hotel papan atas tersebut. Meskipun saya hanyalah mahasiswa semester akhir dengan motif yang tidak jelas mengapa.

Layar laptop sedang menampakkan laman artikel mengenai Republik Turki (jangan tanya alasan mengapa saya membuka artikel tersebut). Itulah yang kemudian melahirkan satu buah tanya yang tiba-tiba mengusik benak.

“Mengapa dalam bahasa Inggris, kalkun dinamakan turkey? Apakah kalkun memang berasal dari Turki?”

Seketika saya membuka halaman baru yang berisi tentang kalkun dalam bahasa Inggris. Dan percayalah, perjalanan baru saja dimulai.

Jika dirunut asal-muasalnya, kalkun merupakan unggas asli Amerika Utara. Di masa lampau, kalkun memang terbiasa hidup liar dari belantara hutan Semenanjung Yukatan (Meksiko) hingga di daratan yang kini menjadi wilayah Amerika Serikat. Suku Maya merupakan kelompok masyarakat pertama yang menjadikan kalkun sebagai hewan ternak. Meskipun demikian, banyak orang-orang pada zaman dahulu yang ternyata mengalami kesalahpahaman dalam menentukan identitas asal-usul hewan yang bisa kamu tentukan jenis kelaminnya hanya berdasarkan bentuk kotorannya tersebut. Buktinya? Lihat saja nama-nama kalkun dalam berbagai bahasa di dunia. Contohnya saja orang Inggris yang menyebut kalkun dengan nama turkey yang merujuk pada negara Turki. Padahal, kalkun kan dari Amerika Utara, kok bisa?

Perkenalkan Mario Pei, seorang pakar bahasa spesialis rumpun bahasa Roman yang telah menulis sejumlah buku tentang bahasa. Sebagai seorang pakar bahasa, Pei menguasai ratusan bahasa asing selain bahasa Inggris dan Italia (Mario Pei adalah imigran dari Italia). Dari semua keahliannya, hal yang paling relevan untuk dibahas dalam tulisan ini adalah teorinya yang menjelaskan asal-usul etimologi kalkun dalam bahasa Inggris (atau lebih tepatnya, turkey). Seseorang dengan nama Robert Krulwich rupanya beruntung telah berhasil mendapatkan informasi berharga mengenai kalkun dari Pei. Karena menurut Krulwich, Pei meninggal tak lama setelah Krulwich mewawancarainya. Setidaknya, teori Mario Pei mengenai asal-usul kalkun tidaklah lenyap ditelan bumi. The legacy still lives on.

Berdasarkan catatan wawancara Krulwich, Profesor Mario Pei memiliki dua teori yang menjelaskan alasan dibalik nama Turkey. Teori pertama menyebutkan bahwa pada tahun 1500an, ketika kalkun pertama kali menjamah pasar Britania Raya, unggas-unggas gemuk tersebut dari Amerika harus melalui sejumlah kota untuk transit. Salah satu kota yang menjadi tempat singgah sementara adalah Konstantinopel (kini Istanbul). Lumrah saja, karena pada saat itu sebagian besar pedagang yang menjual kalkun berasal dari kawasan Timur. Karena datang dari Turki, orang-orang di Britania Raya menyebut unggas ini dengan nama “ayam Turki” (Turkey coq).

Memang dasar orang Britania pada waktu itu, apapun yang berasal dari jazirah Timur langsung diberi label “Turki”. Bahkan untuk komoditas-komoditas impor yang berasal dari tempat lain. Lihat saja bagaimana orang-orang di Britania sana menamakan karpet dari Persia sebagai “karpet Turki”. Tepung dari India kena stempel menjadi “tepung Turki”. Bahkan, tas karpet dari Hongaria bisa punya nama “tas Turki”. Menurut Krulwich, segala produk yang berasal dari seberang timur Sungai Danube akan dianggap berasal dari Turki oleh orang-orang London. Perilaku labelling yang sembarangan dan tidak bertanggungjawab inilah yang kemudian menyebabkan kalkun mendapat nama turkey dan melekat di dalam perbendaharaan kata Bahasa Inggris hingga kini.

Teori berikutnya menjelaskan bahwa pada masa sebelum Christopher Columbus “tersesat” di Amerika. Orang-orang Eropa sudah terbiasa dengan santapan daging kalkun yang diimpor dari Guinea (Afrika Barat). Lagi-lagi, para pedagang Turki bertanggungjawab atas kedatangan kalkun-kalkun tersebut di Benua Eropa. Dengan alasan yang sama dengan teori pertama, kalkun mendapat nama turkey. Ketika orang-orang Inggris memutuskan untuk berhijrah dan membangun koloni di pesisir timur Amerika, mereka menemukan unggas “Turki” yang biasa mereka santap. Meskipun dari segi ukuran, kalkun Amerika lebih besar daripada yang berasal dari Afrika. Atas dasar inilah kemudian para penduduk koloni menyebut kalkun dengan nama turkey walau berasal dari Amerika.

Kerancuan muncul tatkala orang-orang di belahan dunia yang lain memiliki julukan yang berbeda pula untuk kalkun. Selain di dalam bahasa Inggris, bahasa Irlandia dan bahasa Wales juga menyebut kalkun sebagai unggas dari Turki (masing-masing turcaí dan twrci) karena kosakata tersebut merupakan turunan dari kosakata bahasa Inggrisnya.

Namun terdapat sejumlah bangsa yang menganggap bahwa kalkun berasal dari India. Orang Perancis menyebutnya sebagai (la) dinde. Di Italia, unggas ini bernama pollo d'India (meskipun lebih umum disebut tacchino). Dalam bahasa Rusia, indeyka (индейка) atau indyushka (индюшка) adalah kosakata yang digunakan untuk menyebut hewan ini. Hingga di dalam bahasa Ibrani, unggas ini disebut tarnegol hodu (תרנגול הודו). Semua kosakata dalam masing-masing bahasa memang merujuk pada satu tempat, India. Namun yang dimaksud sebenarnya adalah kawasan Amerika. Alasannya, pada zaman dahulu, kawasan Amerika disebut juga sebagai India Barat.

Yang menyebalkan adalah bangsa Khmer. Mereka menyebut kalkun sebagai moan barang (មាន់បារាំង) yang berarti ayam Perancis. Padahal orang Perancis menyebut hewan ini sebagai ayam dari India. Hal ini dikarenakan orang-orang Kamboja sering menyebut barang-barang dari Barat sebagai barang dari Perancis. Tanpa terkecuali si unggas gemuk ini. Dus, kalkun dalam bahasa Khmer adalah ayam Perancis.

Sementara itu, Belanda memiliki caranya tersendiri untuk menyebut unggas gemuk ini. Kalkoen adalah nama bahasa Belanda dari hewan ini. Nama ini berasal dari nama Calicut, sebuah kota di pesisir barat India. Dan bisa ditebak, istilah kalkun dalam bahasa Indonesia merupakan turunan dari kata kalkoen ini. Lucunya, dalam bahasa Melayu, unggas ini justru dijuluki sebagai ayam Belanda. Meskipun di dalam bahasa Melayu, kalkun juga dijuluki ayam piru yang notabene merujuk pada sebuah negara di Amerika Selatan bernama Peru.

Maka masuklah kita pada bahasan baru. Beberapa bahasa juga menyebut kalkun secara harfiah sebagai ayam dari Peru. Orang Portugis menyebutnya peru. Selain merujuk pada kawasan yang kini merupakan wilayah negara Peru, kata tersebut juga merujuk pada Istilah bahasa Portugis inilah yang kemudian diserap ke dalam bahasa Hawaii menjadi pelehu (meskipun kosakata lain akan muncul apabila anda mencoba mencari di Google Translate). Dalam bahasa Kroasia, kalkun adalah puran, merujuk pada istilah yang sama.

Sebenarnya, masih banyak aneka ragam nama-nama unggas gembul ini dan bisa anda temukan di sebuah situs ensiklopedia daring gratisan yang telah baik hati menghimpun nama-nama kalkun dari seluruh penjuru dunia. Masing-masing bahasa menyebut kalkun sebagai seekor ayam yang berasal dari negeri asing. Namun tidak semua bahasa seiya sependapat mengenai asal-usul sang kalkun. Ada yang mengatakan dari Turki, ada pula yang menyebut bahwa kalkun berasal dari India. Bahkan ada yang menyebut kalkun dari Perancis. Inilah sebabnya, anda tidak bisa hanya memercayai telaah bahasa untuk mengetahui identitas asli sang unggas tebal ini. Sangat rancu.

Lantas, bagaimana orang-orang Turki menyebut unggas gemuk ini?

Tentu saja, Hindi.

(Mulai ditulis pada pertengahan semester, tulisan ini terselesaikan tatkala saya telah memasuki libur semester)

Surabaya, 23 Desember 2017, 23:19 WIB.

Pranala-pranala rujukan:

Comments

Popular posts from this blog

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).