Skip to main content

Entri Terakhir di Blog Lawas


Seharusnya ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Namun tak ada salahnya jika saya kabarkan di sini.


Seperti yang sudah saya katakan di artikel sebelumnya, akan ada sejumlah perubahan yang signifikan dari cara saya bermain blog. Selain mengubah nama, sempat saya menyebut kemungkinan untuk berpindah platform.

Kini, pertimbangan tersebut sudah menjadi keputusan yang final. Saya memutuskan untuk berpindah dari Blogger menuju Wordpress.

Selama beberapa minggu terakhir, saya sempat mencoba untuk merombak blog ini. Namun setelah berlama-lama berjibaku dengan segala pengaturan yang ada, saya merasa bahwa usaha saya kala itu serasa tak berujung. Maka, saya kemudian menjajal opsi lainnya. Mencari platform blogging lain yang lebih sesuai dengan selera saya kini.

Secara lebih rinci, saya ceritakan segala tentang perpindahan saya ke Wordpress di blog baru saya. Sementara di sini, saya maksudkan artikel ini sebagai sebuah ucapan selamat tinggal.

Tak bisa dipungkiri, selama saya mengasuh blog ini, teriring pula berbagai cerita hidup yang saya lalui selama saya masih kuliah. Apapun yang ada di pikiran saya saat itu, banyak yang kemudian berhasil saya olah menjadi sebuah tulisan yang bisa kalian baca. Bisa dibilang, blog ini tak terpisahkan dari proses pendewasaan saya sebagai seorang manusia. Baik dewasa dalam pemikiran maupun laku.

Dengan mengakhiri keberlangsungan blog ini, tidak serta-merta menandakan bahwa saya sudah berada di titik paling dewasa dan sudah khatam dalam belajar. Tetapi, kepindahan ini menandakan bahwa saya sudah siap untuk mengarungi tahapan baru dalam mempelajari hidup. Karena pada akhirnya, saya sadar bahwa masih banyak hal yang belum saya mengerti tentang dunia ini. Khususnya soal bagaimana menjadi seorang manusia yang benar-benar dewasa dan matang.

Ah, malah terdengar seperti omong kosong ...

Tapi intinya adalah, saya akan tetap menulis meskipun tidak lagi di blog ini. Selain blog baru, saya selama ini juga menulis di platform lain, seperti Medium misalnya.

 

Lantas, bagaimana nasib blog ini ke depannya?

Nantinya, blog ini akan tetap daring selama layanan Blogger masih tersedia. Akan tetapi, untuk update-update selanjutnya, saya akan memuat tulisan di berbagai platform lain kecuali blog ini. Jika di masa mendatang terjadi sebuah force majeure yang menyebabkan saya tak mampu mengunggah tulisan di blog baru, maka blog ini akan menjadi platform cadangan untuk sementara waktu.


Untuk mengunjungi blog baru saya, sila klik tulisan ini. Nantikan tulisan-tulisan terbitan saya di blog baru!


Adios, Amigos!


Surabaya, 15 Oktober 2021, 17.00 WIB

Comments

Popular posts from this blog

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Kalkun, Unggas dengan Identitas yang Tidak Jelas

Ilustrasi Kalkun (Credit: Angeline) Kalkun bukanlah hewan yang populer di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, unggas tersebut kalah pamor dengan ayam yang notabene masih satu ordo Galliformes. Akui sajalah, kalian yang di Indonesia pasti lebih sering melihat ayam daripada kalkun, baik ternak maupun yang berkeliaran. Memang masih jarang ada peternak kalkun di Indonesia. Selain itu, ayam telah berhasil lebih dulu menguasai Indonesia dari segi budaya kulinernya. Tiap Lebaran, hidangan opor ayam jauh lebih umum jika dibandingkan dengan olahan daging kalkun. Bahkan, Natalan di Indonesia pun belum tentu dirayakan dengan makan kalkun ramai-ramai. Tidak seperti Amerika Serikat yang setiap tahun rutin merayakan Thanksgiving dan Natal dengan menyantap kalkun yang gemuk, bukan ayam kampung yang hingga kini menempati kasta tertinggi kualitas daging ayam di Indonesia. Karena tingkat popularitasnya yang kurang di mata khalayak Indonesia, mungkin hanya segelintir orang yang semp

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).