Skip to main content

Menyambut 1 Syawal 1437 Hijriyah

Ramadan Tahun 1437 Hijriyah bukanlah bulan yang mudah bagi kita semua. Tidak hanya diuji ketahanannya untuk menahan lapar, dahaga, serta nafsu duniawi, namun kualitas kesabaran kita juga diuji oleh serangkaian peristiwa yang mengiringi. Aksi teror yang memakan korban jiwa, pembunuhan massal, Timur Tengah yang masih membara dan segenap penjuru dunia yang turut memanas, hingga di negeri ini yang masih banyak ditemui golongan-golongan yang rentan akan gesekan dan konflik, mencederai toleransi dan tenggang rasa yang sejatinya merupakan nilai-nilai luhur kita. Sesungguhnya ini adalah ujian bagi segenap umat manusia.

Bisa saja para pelaku menjustifikasi aksi-aksi terornya dengan nilai-nilai agama maupun ideologi lainnya. Namun kesalahan mereka dalam menerjemahkan konteks nilai  yang mereka pegang membuat mereka lupa akan kondisi orang lain yang berbeda. Hilangnya rasa saling pengertian inilah yang membuat mereka, dan mungkin kita, mengutamakan agitasi amarah dan mengesampingkan nilai-nilai harmoni serta kebersamaan dalam keberagaman.

Dengan datangnya bulan Syawal ini, marilah kita semua memanfaatkan momentum Idul Fitri sebagai sebuah masa untuk saling memaafkan, saling menerima dan  merekatkan rasa persaudaraan. Redakan segala amarah, hilangkan nafsu menebar angkara murka, serta tumbuhkan semangat Lebaran yang ramah, berkerabat, dan hangat. Karena sejatinya, manusia adalah saudara bagi sesamanya, dan perbedaan bukanlah alasan untuk saling menindas.

Tak lupa, saya ingin menghaturkan ucapan maaf atas segala kesalahan yang telah saya lakukan, baik sengaja maupun tidak, lahir maupun batin. Semoga di masa mendatang kita mampu menyambut berbagai tantangan hidup dengan ketahanan hati yang mantap, tanpa mencederai prinsip-prinsip kemanusiaan dan persaudaraan. Karena sesungguhnya, perdamaian dapat tercipta apabila setiap umat manusia memiliki rasa saling mengerti dan memahami satu sama lain.

Minal 'Aidin wal-Faizin
Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1437 Hijriyah.
Semoga kita termasuk di dalam golongan orang-orang yang sabar.

Probolinggo, 1 Syawal 1437, 10:11.

Comments

Popular posts from this blog

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Kalkun, Unggas dengan Identitas yang Tidak Jelas

Ilustrasi Kalkun (Credit: Angeline) Kalkun bukanlah hewan yang populer di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, unggas tersebut kalah pamor dengan ayam yang notabene masih satu ordo Galliformes. Akui sajalah, kalian yang di Indonesia pasti lebih sering melihat ayam daripada kalkun, baik ternak maupun yang berkeliaran. Memang masih jarang ada peternak kalkun di Indonesia. Selain itu, ayam telah berhasil lebih dulu menguasai Indonesia dari segi budaya kulinernya. Tiap Lebaran, hidangan opor ayam jauh lebih umum jika dibandingkan dengan olahan daging kalkun. Bahkan, Natalan di Indonesia pun belum tentu dirayakan dengan makan kalkun ramai-ramai. Tidak seperti Amerika Serikat yang setiap tahun rutin merayakan Thanksgiving dan Natal dengan menyantap kalkun yang gemuk, bukan ayam kampung yang hingga kini menempati kasta tertinggi kualitas daging ayam di Indonesia. Karena tingkat popularitasnya yang kurang di mata khalayak Indonesia, mungkin hanya segelintir orang yang semp

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).