Skip to main content

Jalur Besi Menuju Masa Lalu


Dulu...
Iya, duluuu banget! Pas tahun pertama di SMA.
Ini adalah satu dari sedikit hal yang cukup membuatku terhibur. Pulang sekolah bareng temen-temen baru. Seringkali bareng sama temen-temen satu kos (yang juga baru).

Biasanya sih, di sepanjang jalur ini kita suka ngobrol-ngobrol bareng. Mulai dari tugas dan ulangan harian yang benar-benar terjadwal, nyorakin cie-cie ke temen yang jadi sasaran perjodohan paksa (jadi inget yang di sana, apa kabar?), sampai ngobrolin soal game atau film. Segala bahan obrolan masuk deh di situ.

Karena jalur kereta api ini aktif, pada awal kami lewat sini sih mesti was-was. Takut jadi korban kecelakaan konyol. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, kami merasa santai saja acapkali lewat sini. Toh kami lama-lama hapal dengan jadwal kereta api di sini. Kalau ada kereta lewat, ya tinggal minggir. Bahkan seringkali kami menguji keseimbangan tubuh dengan berjalan meniti rel. Serasa jadi ninja kalau main beginian, hehehe.

Seperti kereta api yang selalu berjalan, sang kala pun juga demikian. Waktu memang semakin bertambah, namun tidak halnya dengan kawan-kawan yang semula menjadi pengiring jalan santai menuju kos-kosan. Satu-persatu mulai "mrotoli." Ada yang pindah kos, ada yang memutuskan untuk naik motor, dan ada pula yang memang sudah waktunya untuk lulus. Sampai pernah pada beberapa kesempatan aku jalan pulang sendirian. Hingga pada akhirnya kuputuskan untuk mengurangi frekuensi melalui jalur ini. Lebih sering aku lewat di depan kantor pabrik. Sekaligus bisa melihat seseorang yang sedang menunggu bis di halte seberang (langsung keinget sama adek yang satunya, apa kabar juga dirimu?).

Foto ini diambil sekitar Januari 2015. Tepatnya pada saat libur semester. Pas lagi iseng-iseng buka folder di laptop, eh ketemu dengan foto-foto pas liburan dulu. Seketika, segala memori yang terjadi pada saat SMA mulai merasuk ke dalam jiwa. Sebuah gambaran tentang masa lampau terpampang di sebuah layar pikiran.

Tubuhmu memang secara konstan berjalan maju mengarungi waktu. Namun ingatanmu mampu membawamu terjun ke masa-masa yang pernah ditempuh sebelumnya.

Aku ingin kembali ke tempat itu lagi.

#‎SekilasThrowback

Surabaya, 20 Maret 2016, 15:48.

Comments

Popular posts from this blog

Balada Kertas Leces dan Tukang Sedekah Asap

Gambar 1: Kertas Leces, riwayatmu kini. Selama 20 tahun kehidupan saya, (hampir) tidak pernah saya merasa trenyuh ketika mendengar kabar tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terlebih memiliki sebuah ikatan emosional dengan korporasi manapun. Namun PT Kertas Leces (Persero) adalah sebuah pengecualian. Memang kedua orang tua saya tidak bekerja sebagai karyawan di pabrik kertas milik negara ini. Namun lingkungan masa remaja sayalah yang mungkin membentuk perasaan simpati terhadap perusahaan yang terletak di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo.

Kalkun, Unggas dengan Identitas yang Tidak Jelas

Ilustrasi Kalkun (Credit: Angeline) Kalkun bukanlah hewan yang populer di Indonesia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, unggas tersebut kalah pamor dengan ayam yang notabene masih satu ordo Galliformes. Akui sajalah, kalian yang di Indonesia pasti lebih sering melihat ayam daripada kalkun, baik ternak maupun yang berkeliaran. Memang masih jarang ada peternak kalkun di Indonesia. Selain itu, ayam telah berhasil lebih dulu menguasai Indonesia dari segi budaya kulinernya. Tiap Lebaran, hidangan opor ayam jauh lebih umum jika dibandingkan dengan olahan daging kalkun. Bahkan, Natalan di Indonesia pun belum tentu dirayakan dengan makan kalkun ramai-ramai. Tidak seperti Amerika Serikat yang setiap tahun rutin merayakan Thanksgiving dan Natal dengan menyantap kalkun yang gemuk, bukan ayam kampung yang hingga kini menempati kasta tertinggi kualitas daging ayam di Indonesia. Karena tingkat popularitasnya yang kurang di mata khalayak Indonesia, mungkin hanya segelintir orang yang semp

Kisah Tiga Bungkus Susu Kedelai

Pada suatu petang, tepatnya pada tanggal 11 November 2015, Yang Maha Kuasa sepertinya mempertemukanku dengan dua orang yang tidak pernah kuduga kemunculannya dalam hidupku. Kuingat pada saat itu aku sedang berada di sebuah warung penyetan sekitar daerah Kalidami setelah sebelumnya sempat beraktivitas di kampus. Aku semula berniat untuk menyegerakan diri menyantap makanan yang kupesan hingga dengan tiba-tiba seorang gadis kecil datang menghampiriku. Ia rupanya datang bersama ibunya yang menunggu tak jauh dari tempat sang gadis kecil itu berdiri sambil menaiki sepeda. Aku baru menyadari keberadaan gadis kecil itu ketika ia mulai membuka percakapan dengan saya (Jujur sebenarnya aku sendiri tidak hafal persis bagaimana detail percakapan yang mengalir pada saat itu. Namun setidaknya inilah gambaran yang kuingat tentang kejadian pada petang itu).